Latar Belakang
Logo tahun
Pendidikan dan Pemberdayaan HKBP 2017 terinspirasi dari kisah Nommensen saat
datang ke tanah Batak dan meminta ijin pada raja Pontas Lumbantobing untuk
tinggal dan bekerja sebagai misionaris di Rura Silindung.
Saat itu Raja
Pontas Lumbantobing bertanya, “apakah keuntungan dari kami jika kami menjadi
anak bagi Tuhan?”. Nommensen adalah seorang figur yang menyebarkan ajaran
Kristen secara kenosis dengan pendekatan dialektikal pada budaya Batak dalam
ajaran teologia. Ia tidak hanya menceritakan sejarah umat Kristen dari
Perjanjian Lama dalam kisah bangsa Israel, namun juga mengimplementasikan
ajaran Kristen dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Batak dengan tidak
mengubah tatanan budaya dan kearifan lokal masyarakat Batak.
Sehingga,
saat itu jawaban Nommensen adalah ia ingin memajukan bangsa Batak, tidak lagi
terbelakang melainkan menjadi bangsa yang besar secara pendidikan, kesehatan,
moral di bawah naungan kepandaian dan kebijaksanaan yang didapat dari Tuhan — “Habisuhon
dohot hapistaran dibagasan Tondi”.
Kemajuanlah
yang ingin diterapkan dalam pribadi masyarakat Batak. Dalam kondisi apapun,
bangsa Batak tetap berpegang teguh pada demokrasi budaya, beradat dalam
menentukan kebijaksanaan, berjuang sekeras mungkin demi melakukan yang terbaik
dan yang dicita-citakan. Semua itu berasal atas kepercayaan dan keyakinan yang
diperoleh dari kekuasaan Tuhan.
Bangsa Batak
menjadi bangsa yang besar karena penerapan pada kepribadian bangsa Batak.
Kristen yang otentik tanpa menghilangkan akar “Habatahon”.
Maka logo ini adalah persatuan antara tradisi dan gereja yang juga telah
menjadi warisan yang ditinggalkan oleh Ompui Nommensen.
Bentuk
dan Warna
Bentuk dasar
logo diambil dari salah satu jenis gorga Batak, yaitu gorga singa-singa. Gorga
adalah ukiran tradisional yang terdapat di dinding rumah bagian luar dan bagian
depan dari rumah-rumah adat Batak [1]. Gorga singa-singa dipakai di rumah untuk
menandakan bahwa rumah yang dibangun adalah milik seorang yang berwibawa dan
dibangun sendiri dengan sekuat tenaga.
Maknanya,
pada tahun 2017 ini setiap masyarakat Batak mampu berjuang dan mendapat
kesempatan menjadi rumah bagi dirinya sendiri, membangun dan memberdayakan diri
di berbagai aspek kehidupan sehingga menjadi pribadi yang utuh, berwibawa,
bijaksana, berguna bagi dirinya sendiri, bagi khalayak banyak dan bagi Tuhan.
Inilah orientasi dan sasaran pelayanan HKBP pada tahun 2017 ini yaitu
Pendidikan dan Pemberdayaan [2].
Dua simbol
berbentuk matahari adalah gorga Simataniari. Delapan segitiga yang
mengelilinginya adalah arah mata angin. Bentuk segitiga yang serupa berarti
bangsa Batak tersebar ke segala penjuru dan menjadi terang di setiap tempat
bernaung dan berdedikasi. Bentuk yang ada di tengah-tengah adalah simbol
Protestan yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti Kristus (red: mungkin
yang dimaksud adalah simbol Chi Rho yang dipakai masyarakat Kristen sejak
pemerintahan kaisar Romawi Konstantinus I [3]).
Warna merah “narara” berasal dari warna utama gorga Batak
sedangkan warna biru diambil dari lambang gereja HKBP.
Sumber [4]
[1] https://tanobatak.wordpress.com/2007/06/07/ruma-gorga-batak/
[2]http://hkbp.or.id/index.php/2017/01/12/orientasi-pelayanan-hkbp-2017-pendidikan-dan-pemberdayaan/
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Simbol_Kristen
[4] lihat juga dalam http://horong123.com/2017/01/logo-tahun-pendidikan-dan-pemberdayaan-hkbp-2017/
No comments:
Post a Comment