“Lakukanlah
Kebenaran Allah.” (Mazmur 15:1-5)
Allah menyatakan
diriNya sebagai Allah yang mencintai kebenaran. Hal ini terutama dalam hubungan
atau relasi kita dengan sesama. Bagaimana kita berbicara, bersikap dan
bertindak terhadap orang lain ternyata sangat menentukan dalam hubungan kita
dengan Allah. Pertanyaan pemazmur, “TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam
kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?” (ay.1) menunjuk
kepada orang yang beribadah. Orang yang datang ke hadapan Allah sangat penting
untuk memperhatikan bagaimana mereka memperlakukan sesamanya. Allah tidak hanya
memperhatikan kesalehan kita dalam bentuk ibadah ritual tetapi juga dalam
bentuk perilaku sosial kita. Dengan kata lain tindak-tanduk sosial kita adalah
juga ibadah di hadapan Allah. Orang yang beribadah kepada Allah tetapi
bertindak tidak adil dan menipu sesamanya merupakan ibadah yang hampa di
hadapanNya. Karena itu tidak ada tempat di hadapan Allah bagi orang yang suka
memfitnah, berbuat jahat dan menimpakan cela kepada sesamanya. (ay. 2-3)
Hadirat Allah adalah bagi mereka yang hatinya bersih dan sungguh-sungguh takut
akan Dia. Yesus sendiri berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena
mereka akan melihat Allah.” (Mat. 5:8) Maka jika ingin mengalami perjumpaan
dengan Allah dalam ibadah atau doa-doa kita pastikanlah terlebih dahulu hati
kita bersih dari iri dan dengki. Buanglah terlebih dahulu dendam dan niat jahat
terhadap sesama. “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas
mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada di dalam hati saudaramu
terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah
berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan
persembahanmu itu,” (Mat. 5:23-24) demikian kata Yesus untuk mengajarkan
kemurnian hati dalam ibadah. Secara praktis hal ini mudah kita pahami,
bagaimana mungkin kita bisa fokus berdoa kepada Allah sementara hati kita
dipenuhi oleh kemarahan atau dendam. Melalui nats ini kita diajak untuk dengan
rendah hati di hadapan Allah mengoreksi perilaku sosial kita; bagaimana kita
memperlakukan keluarga, anak-anak, pasangan, orangtua, saudara, tetangga, rekan
kerja, jemaat dan orang lain. Tuhan berkenan atas ibadah orang-orang yang
bersih hatinya, jujur dan tulus dalam perilakunya. Bahkan Tuhan ada di pihak
orang-orang seperti itu. Sebab itu beribadahlah kepada Allah dengan benar dan
lakukanlah kebenaran Allah sebagai ibadahmu. Amin.