Sunday, July 7, 2013

MENGASIHI SAAT “HARUS” MEMBENCI


Alkitab mengatakan, mengasihi saat dikasihi itu biasa, bahkan dilakukan oleh orang-orang jahat (Luk. 6:33). Tapi, mengasihi saat "harus" membenci? Itulah kasih yang Tuhan perintahkan untuk kita lakukan. Namun, bagaimana caranya?
1.       Kasih adalah Tindakan, Bukan Perasaan
Saat kita menganggap kasih itu sebagai perasaan, kita hanya akan mengasihi orang yang mengasihi kita. Itulah sebabnya, kita harus mengerti bahwa kasih adalah sebuah keputusan dan tindakan. Dengan demikian, perasaan kita tidak akan ditentukan oleh sikap orang lain kepada kita, bahkan termasuk saat ia menyakiti kita.
2.       Tidak selalu Nyaman
Kita mengasihi bukan agar kita atau orang lain merasa nyaman dan bahagia. Faktanya, mengasihi juga sering kali berarti kita harus berkorban (tidak nyaman bagi diri kita). Karena kasih, kita juga menegur seseorang secara keras (tidak nyaman bagi orang lain). Namun, dari kasih yang tulus itulah, maka diri kita atau orang lain dituntun kepada kebenaran dan kebaikan. Jadi, jangan menganggap jika kita menderita, itu berarti kita tidak dikasihi.
 3.       Tidak Membenci orangnya
Saat kita mengasihi, apa pun yang terjadi, kita tetap mengasihi orang tersebut meskipun kita tidak suka terhadap sikapnya. Orang itu mungkin banyak membuat kita kecewa, namun kita tetap bisa memisahkan sikapnya dan pribadinya. Kita menolak sikap dan tingkah lakunya tanpa menolak orangnya.
 4.       Mengampuni
Pengampunan dan kata maaf adalah hal yang mutlak dalam kasih sejati. Bahkan saat ia tidak minta maaf atau tidak juga menyadari kesalahannya pun, maaf tetap harus diberikan. Mengapa? Karena mengampuni akan membebaskan diri kita dari penjara dendam. Karena mengampuni akan membuat hubungan kita dengan Tuhan tidak terhalang (Mat 5:23-24). Dan yang terpenting, kita mengampuni karena kita sendiri sudah diampuni oleh Tuhan (Mat. 18:35). Berapa kali pun ia berbuat salah, berikan kata maaf sejumlah itu (Mat. 18:21-22).
 5.       Kasih dan Teguran
Mengampuni adalah bagian dari mengasihi. Demikian juga, teguran nyata juga adalah bagian dari kasih. Menegur harus dibedakan dengan membalas dendam. Kita menegur bukan dengan motivasi untuk membalas perlakuannya yang tidak baik pada kita. Tapi, kita menegur karena kita menyadari jika perbuatannya itu, jika dibiarkan, bisa mencelakakannya atau membawanya kepada masalah. Itulah bedanya.
 6.       Untuk Semua orang
Kasih adalah untuk semua orang. Jika kita memilih mana yang pantas mendapat kasih tanpa syarat dan mana yang tidak, itu berarti kasih kita bersyarat. Kasih Yesus sama terhadap semua orang. Entah itu para murid-Nya, orang Samaria, Pemungut cukai, Paulus yang pernah menganiaya orang Kristen, dua penjahat yang disalib di samping-Nya, bahkan terhadap Anda dan saya! Jika itu yang Yesus teladankan, tentu sebagai orang Kristen (pengikut Kristus), kita harus mengikuti-Nya bukan?
 7.       Menghargai Perbedaan
Kadang, kita merasa disakiti karena orang lain melakukan hal yang tidak kita suka. Tapi, jika kita sekarang membalas dengan kasih, kita harus ingat bahwa mengasihi bukanlah agar ia bisa menjadi seperti apa yang kita inginkan. Perbedaan karakter, cita-cita, minat, cara pandang, dil, tidak membuat kita tidak bisa mengasihinya.
 8.       Tak Mengharap Balasan
Kadang situasinya seperti ini, kita memang tidak membalas dendam pada orang yang menyakiti kita. Kita "membalasnya" dengan kasih. Tapi, setelah itu, kita berharap hal itu lalu akan membuat dia mengasihi kita. Sepertinya normal bukan? Tapi, itu bukan kasih sejati. Kasih tidak mengharap atau bahkan menuntut balasan karena kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri (1 Kor. 13:5). Kita mengasihi bahkan bukan agar kita dikasihi.

Disadur dari Buku Handbook Spirit Edisi Feb 2013

No comments:

Post a Comment