Saturday, June 22, 2013

Kemuliaan Tuhan atau Kemuliaan Diri?


Betapa mudah kita tergoda untuk mencuri kemuliaan yang seharusnya tidak boleh menjadi milik kita! Itu yang beberapa minggu ini secara intens saya rasakan dan amati. Karena terlibat dalam kepanitiaan acara yang cukup besar, dan area tanggungjawab yang dipikul cukup besar, maka besar sekali godaan untuk memunculkan “si aku” kepada orang lain. Mungkin kita berkata, “saya tidak termasuk kategori itu, saya memang benar-benar melayani, lagian saya sudah melayani sekian tahun, dan semua baik-baik saja.” Benarkah? Untuk mengetahui kita kategori mana, saya memberikan beberapa alat cek-nya di bawah ini :
• Ketika anda sudah kerja keras dan memang benar-benar kerja keras, rasanya, badan pegal dan sakit luar biasa, karena sepanjang hari pergi panas-panasan ketemu orang, nge-lobby, presentasi di depan banyak orang, menghadapi penolakan, kemudian ketika pulang tidak ada seorangpun yang menghargai apa yang sudah dilakukan, bagaimana perasaan anda?
• Kalau sudah kerja keras, kemudian jangankan dihargai apalagi dipuji, malah yang didapatkan adalah dimarahi dan disalah mengerti, apa reaksi anda? Apakah hal itu akan membuat anda berhenti atau tetap saja melakukan apa yang menjadi tanggungjawab karena mengerti bahwa apa yang dilakukan secara jelas diketahui oleh si Dia yang mengetahui segala sesuatu?
• Kalau sudah berhasil meng-goal-kan tugas dalam kepanitiaan, katakanlah hal itu adalah suatu hal yang luarbiasa, kalimat apa yang akan anda katakan pertama sekali kepada orang lain? Hasil usaha anda kah? Atau mengatakan bahwa semuanya hanya karena belas kasihan Tuhan? Honestly, di dalam hati yang terdalam, apakah prestasi itu dirasakan sebagai pencapaian diri atau sebenarnya sadar sungguh bahwa itu adalah anugrah Tuhan?
• Kalau akhirnya sukses, kemudian sebagian nama disebut-sebut karena dirasa berperan besar dalam keberhasilan itu, dan nama anda_yang sebenarnya bekerja keras dan memang berperan besar_tidak disebut-sebut sama sekali, bagaimana perasaan anda? Sedih?
• Apakah anda memiliki kecenderungan untuk menyebut-nyebut diri dan usaha-usaha yang pernah anda lakukan yang membuat anda mengambil kesimpulan bahwa itu karena usaha anda? (Hati-hati dengan keinginan untuk menceritakan dengan tujuan untuk memberi kesan bahwa itu berhasil karena usaha anda dan untuk memberitahukan kepada orang lain bahwa anda sudah bekerja keras). Parahnya, anda tidak berperan banyak, anda kurang rajin, kurang tekun, tetapi anda menceritakan keberhasilan dan usaha-usaha apa yang sudah anda lakukan seakan-akan anda yang paling bekerja keras diantara semuanya, pernahkah anda bersikap demikian?
• Dan kalau anda dipuji di dalam pelayanan, secara jujur kalimat apa yang anda katakan kepada diri dan orang lain?
Dari beberapa pertanyaan di atas, dengan jujur apakah jawaban pribadi kita? Hari ini saya teringat kepada satu dosa yang sangat subtle, sangat berbahaya, yang banyak dilakukan oleh mereka yang mengaku melayani Tuhan, (tetapi sesungguhnya sedang melayani diri) yaitu mencuri kemuliaan yang seharusnya diberikan kepada Tuhan dan mengambilnya untuk kemuliaan diri. Sembari katanya melayani, tetapi malah sembari berdosa. Celakanya pelayanan menjadi sarana untuk show off kepada orang lain, termasuk menjadi tempat untuk aktualisasi diri. Pelayanan yang dilakukan katanya adalah sesuatu yang sukses, akhirnya hanyalah menjadi suatu kejijikan dimata Tuhan. Sampai pada poin ini, saya sadar betapa sangat tidak mudah mengatakan apa yang pernah dikatakan oleh Yohanes Pembaptis kepada Tuhan Yesus, “biarlah Dia yang semakin besar dan aku semakin kecil.” Bukan hanya semakin kecil, bahkan mungkin menjadi tidak ada, asal Tuhan tetap dipermuliakan, itulah salah satu esensi dari yang namanya pelayanan, dan Yohanes sangat mengerti akan hal ini.
Sesungguhnya, kita ini hamba yang tidak berguna. Jikalau bisa melayani Tuhan, itu hanyalah karena belas kasihan-Nya saja.

No comments:

Post a Comment